Burung Gajah
Telurnya Sebesar Buah Semangka
Legenda tentang burung raksasa dikenal di seluruh pelosok dunia. Hampir semuanya hanya isapan jempol dan tidak bisa dibuktikan. Tapi ada sedikit legenda yang terbukti kebenarannya. Salah satunya tentang burung gajah dari Madagascar.
Salah satu kisah 1001 malam menceritakan petualangan
Sinbad di sarang Rukh. Rukh atau Roc digambarkan
seperti elang raksasa yang berbulu indah. Burung ganas ini demikian
besarnya hingga mampu menelan seekor gajah bulat-bulat. Telurnya juga
sebesar kubah. Para pelaut China punya legenda tersendiri tentang
burung besar ini. Mereka mengenalnya sebagai Pheng. Asal muasalnya
dari kepulauan Zanzibar yang sekarang dikenal sebagai
Madagascar. Tubuhnya sangat besar sehingga waktu terbang, bayangannya
menghalangi sinar matahari. Menurut Marco Polo, seorang utusan
Khubilai Khan pernah mengirimkan burung Pheng ke negeri
China. Sayapnya panjangnya 90 kaki dan lebarnya dua kaki. Marco
Polo menjulukinya sebagai “naga bersayap”.
Benarkah Rukh dan
Pheng pernah ada? Tidak ada yang tahu pasti karena tidak ada yang
bisa menyodorkan bukti otentik. Tapi para pelaut India dan
Afrika yang baru pulang dari pantai Afrika, sering menceritakan burung
raksasa yang besarnya beberapa kali manusia biasa. Mereka juga membawa
oleh-oleh aneh…………telur-telur raksasa. Meskipun tidak sebesar telur
Rukh, telur-telur itu tetap saja bikin geleng-geleng kepala. Saking
besarnya, orang menjuluki burung pemiliknya sebagai burung gajah.
Raksasa yang pemalu
Berbeda dengan rukh
atau pheng, burung gajah (Aepyornis maximus) bukan sebangsa
elang raksasa. Ia juga tidak punya bulu-bulu yang indah. Dan untungnya ia
tidak dapat terbang. Bisa dibayangkan jika burung sebesar itu bisa terbang.
Bagaimana jika menclok di atap rumah? Tapi alasan sebenarnya adalah karena
burung ini tidak memiliki tulang lunas yang biasanya menjadi tempat
menempelnya otot-otot untuk terbang. Alasan lainnya, tubuhnya kelewat
berat untuk terbang. Burung gajah juga bukan burung pemangsa seperti
halnya burung rukh. Hikayat penduduk asli jarang menggambarkannya
sebagai burung yang agresif. Burung ini sering diceritakan sebagai raksasa
pemalu yang suka damai.
Burung gajah (Aepyornis
maximus) adalah anggota ratite, golongan burung-burung besar
yang tidak mampu terbang. Anggota lainnya adalah emu, kiwi, rhea,
kasowari dan burung onta. Tidak ada satupun yang sebesar burung
gajah. Hanya burung moa dari Selandia Baru yang bisa
menandinginya. Tubuh Moa lebih menjulang daripada burung gajah.
Tapi soal berat, tidak ada satupun yang bisa menandingi burung gajah.
Dengan tinggi sampai 12 kaki (sekitar empat meter) dan berat satu ton, ia
adalah juara kelas berat versi bangsa burung.
Tanah air
Burung gajah adalah Madagascar. Pulau itu membentang 400 kilometer
di seberang kanal Mozambique hingga bagian Tenggara lepas
pantai Afrika. Pulau seluas Texas ini adalah pulau terbesar
keempat di dunia setelah Greenland, Papua dan Kalimantan.
Selama jutaan tahun, Madagascar terisolasi dari benua induknya,
menjadikannya salah satu tempat terunik di dunia. Oleh International
Union for the Conservation of Nature (IUCN), Madagascar
ditetapkan sebagai salah satu wilayah pelestarian sumberdaya genetis.
Di masa lalu hidup lebih
dari satu jenis burung gajah di Madagascar. Diperkirakan ada tiga
sampai tujuh jenis burung gajah pernah mendiami bumi lemur ini sejak masa
Pleistocene. Namun hanya jenis yang lebih kecil, Aepyornis
mulleromis, yang bertahan hidup hingga masa burung gajah raksasa. Tapi
burung ini telah lama punah ketika manusia pertama menginjakkan kakinya
di Madagascar. Tinggalah burung gajah Aepyornis maximus yang
menjadi satu-satunya wakil jenisnya.
Telur terbesar
Selain beratnya, telur
burung gajah juga memegang juara telur terbesar. Rekornya tercatat dalam
Guinness Book of World Records pada tahun 1977. Telurnya memang
luar biasa. Besarnya sepadan dengan 8 butir telur burung onta atau sama
dengan 180 butir telur ayam! Telur ini jauh lebih besar daripada telur
dinosaurus terbesar sekali pun. Telur itu adalah sel telur terbesar yang
pernah ada di dunia! Harganya sekarang sudah mencapai 5000 dollar per
butir. Telur yang oleh penduduk asli dikenal sebagai bombome itu,
panjangnya sepertiga meter dengan volume sampai 9 liter. Saat ditemukan,
letaknya bergerombol. Di Pantai Madagascar Selatan ditemukan 50
telur untuk setiap yard persegi. Hingga kini telur-telur burung gajah
masih sering ditemukan. Sebagian besar disimpan di museum, tapi ada
beberapa butir yang dimiliki perorangan.
Karena tubuhnya yang
kelewat besar, burung gajah tidak mungkin mengerami telur-telurnya.
Tubuhnya yang bomber bisa menghancurkan telurnya sendiri. Akhirnya mereka
sepakat untuk mensiasatinya dengan menguburkannya dalam lumpur sungai atau
pasir pantai. Maksudnya agar panasnya pasir dapat mempercepat proses
penetasannya sekaligus menggantikan tugas sang induk dalam mengerami
telurnya. Jadi mirip prosedur bertelur burung maleo atau burung
gosong. Tapi adakalanya strategi yang dianut secara turun-temurun itu,
mengalami kegagalan. Banyak telur-telurnya yang hanyut terbawa air saat
banjir. Beberapa butir diantaranya bahkan pernah terdampar di pantai
Timur Australia yang jauhnya 6000 mil dari sarangnya. Para
“pendatang haram” itu mungkin terbawa arus Barat Madagascar ke
arah Pantai Afrika Selatan. Kemudian arus Samudera Hindia
membawanya hingga ke pantai Australia Barat. Rekor baru lagi bagi
burung gajah!
Punah akibat perburuan
Sebelum kedatangan para pemukim di Madagascar, burung gajah hidup
dengan tenang dan tenteram di habitatnya. Saat itu Madagascar masih
dihuni berbagai binatang unik yang kini telah punah, seperti lemur raksasa
dan kuda nil kerdil. Pemukim pertama yang datang dari Afrika dan
Indonesia, mungkin datang pada permulaan tahun masehi. Seiring dengan
kedatangan manusia, perlahan-lahan populasi burung gajah merosot tajam.
Burung gajah mungkin
masih mampu bertahan hingga 800 tahun yang lalu. Tapi beberapa orang
meyakini bahwa beberapa jenis diantaranya masih hidup di tempat terpencil
hingga abad ke-18. Ketika orang-orang Perancis mendarat di
Madagascar pada tahun 1642, burung gajah masih ada. Gubernur
Jenderal Perancis untuk Madagascar, Étienne de Flacourt
melaporkan adanya burung vauropatra (burung gajah) yang tinggal di
tempat terpencil dan bertelur seperti burung onta
Ada teori yang
mengatakan bahwa kepunahan burung gajah akibat diburu oleh manusia.
Pemburu pertama yang datang ke Madagascar mungkin membunuh burung
gajah hingga punah. Mereka mungkin juga menggunakan telur burung itu untuk
menyimpan air. Praktek serupa dilakukan juga oleh penduduk gurun
Kalahari hingga kini. Bedanya, mereka menggunakan telur burung onta.
Pembabatan hutan juga
mempengaruhi kehidupan burung gajah dan binatang Madagascar lainnya.
Madagascar adalah salah satu tempat di dunia yang laju kehilangan
hutannya paling besar. Nyaris 73 % hutannya telah lenyap tak berbekas.
Sampai-sampai pulau ini dijuluki sebagai “pulau Merah”. Julukan itu
dialamatkan pada padang-padang bekas hutan yang tertutup tanah berwarna
kemerahan.
Penyebab kepunahan
burung gajah hingga saat ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.
Banyak peneliti berdatangan ke Madagascar untuk mencoba memecahkan
teka-teki kepunahannya. Salah satu diantaranya adalah tim peneliti dari
Sheffield University and Royal Holloway College dari London.
Mereka mendatangi situs sarang burung gajah di Pantai Selatan
Madagascar yang berisi ratusan fosil telurnya. Analisis karbon
menunjukkan bahwa paling tidak telur-telur itu telah berumur 800 tahun.
Mike Parker Pearson, salah satu dari anggota tim tidak percaya burung
gajah punah akibat perburuan. Mungkin ada penyebab kepunahan yang lain,
menurutnya. Sayangnya fosil tulang burung ini sangat jarang ditemukan.
Mungkin kelangkaan ini ada hubungannya dengan pola migrasinya. Burung
gajah diyakini berpindah ke bagian Selatan saat musim bertelur dan baru
kembali ke lagi ke bagian Utara setelah itu.
Pada tahun 1962,
Profesor Bivar menggali dua situs sarang burung gajah di Talaky,
di bukit pasir di dekat muara Sungai Manambovo. Selain cangkang
telur burung gajah, di tempat itu juga ditemukan pecahan keramik dari masa
abad ke 10 dan 12 Masehi. Penelitian pada tahun 1995 berhasil menemukan
pecahan telur yang lebih tua usianya. Mungkin telur-telur itu sudah
terkubur lama jauh sebelum kedatangan manusia. Temuan lainnya adalah
pecahan keramik dari abad ke 10, 15 dan bahkan 19. Hingga kini belum
diketahui pasti apakah manusia penghuni daerah ini pernah bertatap muka
secara langsung dengan burung gajah atau tidak.
Legenda Rukh
Para peneliti juga
mencoba menggali informasi tentang burung gajah dari cerita rakyat dan
peninggalan sejarah masa lalu. Professor David Bivar dari London
University percaya banyak dongeng tentang makluk raksasa yang memakai
burung gajah sebagai modelnya. Mitos Griffin, binatang legenda yang
berkepala burung dan bertubuh singa, mungkin sebenarnya gabungan dari
burung gajah, elang afrika dan burung harpagornis dari Selandia
Baru yang sekarang telah punah. Gabungan para burung itu kemudian
ditambahi berbagai bumbu mistik hingga menjelma menjadi tokoh Griffin.
Namun kisah yang paling
terkenal yang banyak dikaitkan dengan burung gajah adalah kisah burung
rukh. Dalam satu kisah diceritakan tentang seorang perompak yang
menghancurkan sarang dan membunuh anak-anak burung rukh. Rukh
pun membalas dendam dengan menenggelamkan kapal dan membunuh semua awaknya.
Besar kemungkinan cikal bakal legenda ini adalah burung gajah. Di
Madagascar sendiri banyak legenda yang menceritakan tentang burung
raksasa ini. Legenda itu baru terbukti kebenarannya saat pendatang
melihat para penduduk lokal memakai keranjang dari pecahan kulit telur
burung gajah. Sayang ketika misteri itu terungkap, burung gajah sudah
terlanjur punah untuk selama-lamanya.
No comments:
Post a Comment